MEMBUNGKUS RINDU
PART 3
Flashback On
“itukan
dia.....” Zahra menyelusup dibalik punggung Naini yang lebih bidang. Membuatnya
tertutupi sedikit.
“Ra...
Ra... Zahra...” Naini yang ditempeli Zahra risih. “Zahra! Ngapain sih?!”
suaranya keras membuat Zahra menangkupkan tangannya kemulut Naini agar tidak
bersuara. “psssttttttt jangan keras-keras.” Katanya berbisik. “iya.. kenapa?
Kamu ngindarin siapa sih?” Naini ikut menundukan kepalanya.
“Ada
dia.” Zahra menunjuk-nunjuk sesosok perempuan dihadapan mereka. Niana mencari,
ditengah jam istirahat gini kantin memang selalu ramai. Siswi-siswi MAN
semuanya hampir sama. Naini tidak mengerti siapa yang dia maksud. “ siapa sih?”
cercahnya lagi dengan mata masih mencari.
“Nuna”
kini iya berbisik lebih pelan dari sebelumnya. “HA? SIAPA?” beberapa orang
menoleh keaarah mereka membuat senyum terpaksa keluar dari bibir keduanya.
“kerasan dikit dong, udah tau aku rada budeg, mana rame orang lagi” kali ini
Naini yang protes.
“N-U-N-A”
Zahra mengeja. Naini mengangguk-angguk.”emang kenapa? Pacarmu direbut olehnya?
Ah, kasihan sekali kamu Zahra. Jika lelaki sudah berpaling padanya. Tak mungkin
bisa kau rengkuh kembali. Mending ikhlaskan saja. Hahaha” Naini Meracau
kemudian tertawa jahat.
“bukan!”
sergahnya cepat “aku menyukainya” Naini membulatkan bola matanya tak percaya.
“Astaghfirullah Zahra. Are you Normal?” Naini sedikit menjauh. “ Heh!!!! Gausah lebay! I’m Normal and sweet” Naini membuka dekapan mulutnya sendiri. Memutar bola matanya malas mendengar temannya sudah percaya diri begini. “INI!!!” Zahra mengejar Naini yang sudah meninggalkannya. “ jangan panggil INI... elah gabisa dibilangin ni anak.” Zahra sudah menjajari Naini. Dia memang kerap memanggil ujung nama Naini dan berakhir omelan sang empunya nama. “kali aja jodohmu namanya ITU” timpal Zahra masih tertawa jahil. “makasihloh ya... nanti kami beri nama anak kami DENGAN, ATAU, YANG. Waaaahhhhhh keluarga pecinta kata penghubung yaa” Zahra terkekeh melihat ekspresi sahabatnya kini.
“Astaghfirullah Zahra. Are you Normal?” Naini sedikit menjauh. “ Heh!!!! Gausah lebay! I’m Normal and sweet” Naini membuka dekapan mulutnya sendiri. Memutar bola matanya malas mendengar temannya sudah percaya diri begini. “INI!!!” Zahra mengejar Naini yang sudah meninggalkannya. “ jangan panggil INI... elah gabisa dibilangin ni anak.” Zahra sudah menjajari Naini. Dia memang kerap memanggil ujung nama Naini dan berakhir omelan sang empunya nama. “kali aja jodohmu namanya ITU” timpal Zahra masih tertawa jahil. “makasihloh ya... nanti kami beri nama anak kami DENGAN, ATAU, YANG. Waaaahhhhhh keluarga pecinta kata penghubung yaa” Zahra terkekeh melihat ekspresi sahabatnya kini.
“oke.
Jadi kenapa kau suka Nuna? Emm maksudku suka meguntitnya. Eh memata-matainya.”
Naini mengambil posisi duduk berhadapan dengan Zahra.
“Umpppp
karena dia cantik! Pintar! Baik! Anak Kepala Sekolah! And Then.....”Zahra menyebutkan sederet fakta tentang wanita
bernama NUNA.
“Yaa
Allah sembuhkanlah penyakit sahabat hamba yaa Allah... jangan membuat hamba
takut ketika berada didekatnya.” Naini memohon sambil memandang
kelangit-langit.
“HEH!!!!
Aku normalll. Dengerin dulu makannya” Zahra membuka buku agendanya.
“LOOK!”
Zahra menyerahkan buku agenda hitam miliknya, ada sebuah kertas kuning berisi
deadline PR mereka.
“paan
sih? Gada apa-apa jugak.” Naini berhenti disalah satu kertas memo pink yang
bertuliskan “ DEADLINE 20 Agustus 2018 membuat cerita panjang di Mading
sekolah. Note! Inspiratif, Kreatif, Inovatif. Gagaring! Enak dibaca!”. Naini
mengerutkan keningnya
“Aku
harus keterima jadi anggota Mading Naiiii, aku pengen jadi penulis. Tapi aku
buntu sekarang. Aku nge-blank!!!” Naini mulai tahu arah pemicaraan mereka.
“yak
trus? kenapa harus NUNA?”
“ya
karena aku rasa tokoh Nuna bisa jadi inspirasi atau membuka jalan otakku untuk
berfikir.” Gerutunya tidak yakin.
“Allahu
Akbar! Kita gadekat dengan mereka Ra... wah, nekat kamu!” Naini menyomot
gorengan yang sempat mereka beli dikantin tadi.
“iyaaaa
aku tau! Tapi ini istilahnya kayak debut seorang penulis Naiiii, atau para
infotaiment yang cari berita artis gitu Hahaha” Naini mengangguk setuju. “hyak!
Setelah tulisanmu itu terbit kau langsung mempunyai banyak Fans Ra.” Katanya
sungguh-sungguh membuat Zahra ingin memeluknya. “ para guru dan staf pegawai.
Kemudian kau akan langsung jadi tema sekolah karena membongkar aib anak kepala
sekolah.” Bibirnya langsung melengkung kebawah.
“aku
tidak membongkar aib Nuna Nai... aku Cuma butuh ceritanya mengapa dia bisa
sehebat itu.” Naini terkekeh “ yayayaya i
know that .idemu bagus Ra... aku akan menolongmu mengerjakan debutmu itu
hahaha”
“seriously?” Zahra menatap Naini tak
percaya, sahabatnya mau turut membantunya. Menyadari keahliannya yang selalu
cepat mendapatkan berita dipenjuru sekolah. Seolah dunia memang melaporkan
semua kejadian padanya.
“iyaaa.!
Udeh, gausah natap kayak gitu. Lama-lama aku percaya ni kamu enggak normal.”
“HAH???
Sekalipun aku laki-laki, kau bukan
seleraku INI! Seleraku seperti Nuna.” Zahra melemparkan setip pelangi milik
Naini kewajahnya, membuatnya mengerjap. “rasakan! Hahaha” Naini kewalahan Risol
yang sudah diujung bibirnya terlepas. Kemudian mengambilnya cepat.
“untung belum lima menit!” megusapnya sayang dan melesatkan risol sekali masuk kemulutnya. Kini pipinya sudah dua kali lipat chubby. Zahra menggeleng tak percaya. “Astaghfirullah. Katanya dieeeeeeeetttttttt” Naini menunjukkan giginya yang rapi membuat matanya menyipit.
“untung belum lima menit!” megusapnya sayang dan melesatkan risol sekali masuk kemulutnya. Kini pipinya sudah dua kali lipat chubby. Zahra menggeleng tak percaya. “Astaghfirullah. Katanya dieeeeeeeetttttttt” Naini menunjukkan giginya yang rapi membuat matanya menyipit.
***
***
Aku menyayangimu sahabat
Senyummu adalah obat
Yang begitu nikmat
Seperti coklat
Hangat
.....
Zahra
berhenti di satu fotonya dengan gadis gendut disisinya. Itu Naini. Matanya yang
sipit dan pipinya yang chubby membuatnya semakin menggemaskan saja. Berbeda
jauh dengan Zahra yang kurus dan tirus. Memandangnya lama, mengingat pernah
menjadi bagian dari ceritanya dimasa SMA. Dia sahabat yang baik, dia lucu dan
perhatian. Mereka kuliah di kampus yang
sama, namun tidak pernah bertegur sapa. Dikarenakan memang tidak pernah
bertemu. Pernah sekali Zahra menyapanya lewat Messenger karena melihat wanita
itu sedang online. Namun hanya berakhir dengan READ. “Apa dia semarah ini?”
fikir Zahra saat itu. Tapi besoknya Naini membalas Messengernya. Kata yang
tidak pernah Zahra duga sebelumnya. “Zahraaaaa apa kau tidak rindu padaku?” ini
keajaiban jeritnya dalam hati. Dia tidak sabar membalas Messenger sahabat
lamanya itu, dia terlalu bahagia.
“Jelas
aku Rindu!!! Kita sekampus tapi tidak pernah bertemu. Kapan ada waktu? Kau mau
makan apa? Disini ada Pancake durian enak. Kau kan suka durian. Aku traktir.
OK?”
Typing.....
Zahra
seperti sedang menunggu balasan dari pria yang disukainya, tatapannya tidak
pernah lolos dari balon obrolan Messenger. “semoga... semogaa.. semogaa dia
mau... aku harus meng- clear kan
semua ini. “ah! Lama sekali, apa dia sedang membuat cerita? Ha? Apaini? Kenapa
dia tidak mengetik lagi” Zahra harap-harap cemas karena Naini tidak melanjutkan
obrolan. Akunnya sudah offline. Zahra memijit keningnya dengan kedua
telunjuknya. Tiba-tiba pusing menyergapnya. “sesulit inikah minta maaf???”
katanya gemas “ Zahra kembali membenahi jilbabnya yang berantakan.
Saat itu Zahra sedang duduk dibangku
kuliahan disemester 2. Artinya dia sudah setahun ini berada dikampus yang sama
dengan Naini. Zahra mengetahui hal tersebut dari mading yang melampirkan
nama-nama siswa yang masuk ke SNMPTN. Naini mengambil jurusan Geografi di
Universitas Negeri Medan. Beberapa nama lain yang Zahra cari ketika itu adalah
Nuna, perempuan cantik yang menjadi inspirasinya saat itu. Nuna masuk jurusan
Kedokteran di UI. Wajar saja dia sangat pintar, pasti dia sudah bekerja keras
untuk itu. Orang lain berikutnya ada diurutan kedua setelah Nuna. Muhammad
Rahman Hudzaifah. “MaaSyaa Allah, mereka memang berjodoh....” Gumam Zahra.
Rahman masuk Jurusan Teknik Mesin di UI. Setelah itu, Zahra tidak mencari nama
siapa-siapa lagi. Padahal, masih ada empat kertas lagi berikutnya. Percuma
saja. Dia sudah mengetahui bahwa dia tidak diterima dijurusan Matematika
Unsyiah. Zahra membungkuk melewati koridor sekolah, biji-biji tanjung yang
meninggalkan bercak merak pada batako menjadi satu-satunya pandangannya.
Kakinya terhenti, seseorang mengenakan sandal gunung berdiri tepat didepannya.
Zahra cepat mendongakkan wajahnya kedepan, tapi pria itu terlalu tinggi
membuatnya hanya dapat menatap baju batik coklat disepanjang garis kancing yang
tertutup. Wanginya khas. Zahra lalu berdalih kekiri namun seorang didepannya
seolah membaca fikirannya. Membuatnya harus mendongakkan wajahnya dan didapati.
“Hieh!
Kau kesini juga ha? Kenapa gabilang? Aku tadi naik angkot kesini. Tau tadi kan
nebeng!” hampir saja Zahra menggetok kepala pria didepannya.
“eh!
Santai dong! Ah.” Pria didepan itu menghindar dan menggetok kepala Zahra asal.
Membuatnya meringis sebal, tak ingin jadi bahan tontonan Zahra berlalu
meninggalkan.
“cieeee
yang gak lulus.” Zahra mengutuk siempunya suara, dia sangat hafal siapa orang
yang bahagia melihatnya susah. “heboh kalisih!” rutuk Zahra
“emmmh
gimana yah, aku sebagai sepupu yang baik sebenernya pengen kita tukeran. Biar
deh aku galulus. Kamu lulus di jurusan Olahraga UNIMED. Tapikan aku juga gaenak
sama kamu ra. Kamu kan anti air. Nanti kalau ujian renang gimana? Hahahahaha”
Zahra melengos sebal. Zahra menginjak kaki Pisang goreng Arby membuatnya
berhenti tertawa seketika. “Astaghfirullah
Ra. Gimana enggak makin gepeng kaki aku kau injek-injek terus..” Zahra
memicingkan matanya tersenyum sinis. Cuma itu jurus andalannya mengatasi bocah
tengil satu ini.
“Ra....
udah dong murungnya, sepi ni dijalan kamu ga ngoceh-ngoceh.” Zahra yang duduk
bersimpuh menggetok Helm Arby gemas.
“Nanti
ngoceh dibilang cerewet. Ini diam disuruh ngoceh. Ehe.. ekor cicak!” bukannya
marah karena sudah ditoyor, Arby malah terkekeh mendengar penuturan Zahra
tentang ekor cicak. Dia geli.
“sedih
kenapa sih? Karena galulus SNMPTN? Kan masih ada SBM. Kamu kan pinter Ra..
tinggal hitung mengulang pelajaran satu malam. Kau pasti bisa membabat habis
soal-soal itu. Jangan kasih ampun Ra!” katanya bersemangat “atau kau nikah
saja! Hahahahaha” memang sepupunya ini tidak pernah rela membiarkan ia
tersenyum karena bahagia atas ucapannya.
“Mau
ku traktir apa hari ini? Hitung-hitung merayakan kelulusanku masuk UNIMED.
HAHAHAHAHA. Akhirnya aku bisa membanggakan Nek Serimpi Ra....” dia bersiul-siul
membanggakan diri. Zahra terkekeh mengingat neneknya yang sudah sangat pikun
itu sudah tidak bisa mengingat cucunya. Dia hanya ingat saat-saat penting saja.
Seperti Arby yang selalu menyusahkannya kemana-mana. Cengeng dan manja. Zahra
tersenyum bangga pada sepupunya itu, meski bagaimanapun dia anak yang tidak
pantang menyerah dan sangat menyayangi keluarga.
“eh
elah. Malah ngelamun. Mau makan apani? Udahlah jangan baper Cuma masalah
begituan. Nanti kalo rezeki juga ada aja jalan yang dikasih Allah. Keep calm baby...” Arby meniru gaya Bon
Jovi menggoda wanita. Ah. Menjijikkan.
“Aku
mau Ayam kampung penyet presto yang di Rumah makan Solo simpang Tiga dekat
Stadion. Minumnya Jus Avocad saja.”.
“ehmmm
yang dipinggir-pinggir jalan aja!”
“niat
ntraktir gasih?” Zahra Sewot.
“Iya!
Iya!dasar wanita. Bisanya memanfaatkan situasi.” Arby bergumam, memutar balik
ke simpang Stadion.
***
Assalamu’alaikum
temen-temeeeeennn.. jadi ini cerita membungkus rindu Part 3 yang mangkrak
hampir setahun. Alhamdulillah Allah masih kasih ide buat nulis cerita. Bahkan,
menulis ini tadi aku sambil nyetrika loh temen-temen. Kata-kata udah ngalir
gitu aja dikepala. Loncat sana-lonca sini. Jadi ibarat kata didepan kening ini
udah ada layar transparan menceritakan tentang Masa lalu Zahra. Aku gamau
kehilangan ide lagi. Kumuntahkan semua kata dilembar-lembar putih ini. Jemari
yang sedari tadi brloncat-loncat dari satu huruf ke huruf lainnnya pun turut
bersuka cita. Mungkin ini yang dinamakan Rindu.
Aku sengaja buat cerita
kayak di Wattpad. Soalnya aku kurang suka nulis di Wattpad, layarnya kecil.
Udah tau jari aku gedean -_- ini aja pake keybord typo melalng buana
dimana-mana. Konon lagi dilayar kecil sebesar 5 x 15 cm. riwehhhh.
Sekarang disini pukul
19.38 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar