Kecupan
Bapak dan Mama buru-buru mendarat sebelum Zahra berkumpul dengan rombongan satu
angkatannya. Lambaian tangan keduanya mengiringi langkah Zahra yang kian
menjauh. Namun hati mereka tidak, Zahra tetap menjadi penguasa cinta dihati
keduanya, meski tidak jarang anak perempuan satu-satunya itu membuat hati
was-was karena kecerobohannya.
“ya
Ampun Ra, rempong amat sih bawaan kamu” celetuk salah seorang gadis anggun
disampingnya.
“hehehehe
persiapan tempur” Zahra nyengir kuda mengetahui betapa repotnya dia.
Bu
Habsah selaku guru pembimbing SM3T, memberi berpatah-patah arahan yang akan
dijalankan ketika sudah sampai tujuan. Agar mahasiswanya tidak seperti ayam
yang baru dikeluarkan dari kandang, berpencar-pencar tidak tahu harus ngapain.
Zahra menyimak dengan seksama, karena ia sadar. Ia harus memulai semuanya
sendiri. Tidak ada lagi rengekan dengan sebutan kata “Ma....” didepannya. Ia
juga harus ekstra jaga diri, meski kondisi fisik Zahra tidak tergolong
rendahan. Ada hal lain yang harus ia pertahankan. Lebih vital dibanding organ
dalamnya. Itu adalah Keimanan.
“Hai
Ra... aku duduk disini ya?” belum juga Zahra meng-ia kan wanita berambut
panjang sebahu itu sudah meletakkan jaketnya tepat dikursi samping Zahra, Maria
adalah teman sekelas Zahra, wajahnya manis dengan rambut lurus yang tergerai
indah dimainkan angin. Tutur katanya yang lemah lembut menambah kesempurnaan
selayaknya wanita. Namun, meski begitu Zahra tidak terlalu dekat dengannya, ada
pembatas diantara mereka. Benang merah religius mengantarkan keduanya untuk
kembali keagama masing-masing. Maria adalah wanita yang berkeyakinan kuat,
wanita religius namun dengan sudut pandang yang bertolak belakang dengan Zahra,
Maria penganut Agama Kristen taat. Terlihat dari caranya berdo’a sebelum
belajar dan makan.
Usai
meletakkan barang-barang, Maria segera duduk disisi Zahra. Berdo’a dengan
khidmad. Zahra masih menunggu. “Zahra... aku takut” Zahra dapat merasakan
ketakutan Maria dengan genggamannya yang begitu erat mencengkram pergelangan
tangan Zahra. “enggak papa yang penting kita kan udah berdo’a, urusan takdir
kita selamat atau enggak itu urusan Allah” Zahra mengingat petuah yang pernah
diberikan oleh salah satu guru ngajinya semasa Ibtidaiyah. “ jadi kau enggak
takut kalau kita mati?” katanya sejurus kemudian, wajahnya mulai menyiratkan
ketidak yakinan “insyaAllah enggak, kan niat kita mau berjuang dijalan Allah,
memberi sesuatu yang bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang kekurangan ilmu
pengetahuan. Allah udah janjiin barang siapa yang berjuang dijalan Allah,
ketika ia mati, maka ia mati syahid. Nah orang yang mati syahid itu, dijamin
masuk Syurga. Jadi, nagapain takut.” Kali ini, bukan perkataan guru manapun
yang ia dengar, tapi dari seseorang reporter yang akan dikirim ke Palestina
untuk mencari berita.
Maria
melepaskan cengkramannya, melampiaskannya pada jaket dipelukannya. “udah...
jangan takut, insyaAllah selamat” senyumnya menggulum menciptakan lesung pipi
yang teramat manis.
Zahra
merogo isi tas kecil yang duduk manis dipangkuannya. Headset masih mencolok di
Android bermotiv hello kitty kesukaannya. Menggeser-geser foto koleksi di
gallery, tidak banyak foto yang iya punya, beberapa screenshot dari instagram
dan foto-foto kenangan yang ia unggah dari akun facebooknya. Foto-foto itu
seakan merangkai cerita dari masa kemasa, awal mula menoreh tinta bertuliskan
cinta. Menjejal asam manis masa remaja
dengan pola tingkah beraneka rupa. Diamati jajaran anak sekolah berjas hitam
dengan seorang guru ditengah-tengahnya. Membanding-bandingkan dengan wajah mereka
sekarang yang hampir tua. Ah, terlalu sadis jika dibilang tua. Namun ada satu
senyum yang menarik perhatian sedari tadi, seperti ingin diperhatikan secara
intens. Garis-garis wajahnya mendeskripsikan tentang kepribadian yang kuat dan
bersahaja tatapannya tajam tepat mengenai sasaran. Bibir tipisnya melengkung,
menegaskan bahwa ia sedang bahagia. senyum Zahra merekah dengan sendirinya.
Malu karena mendapati diri tersenyum pada benda mati ditangannya itu.
Bersambung..
maaf yaaaahhhh baru bisa update lagiiii ^^
efek yang nulis amatiran kali yak.... :D
PART 2 nya singkat banget kaaannn...
sekali lagi maafkeun yak nyihihihihi ^^ *ketawak apaan sih ga jelas banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar