Sabtu, 29 Juli 2017

PART 2 (Membungkus Rindu)






Kecupan Bapak dan Mama buru-buru mendarat sebelum Zahra berkumpul dengan rombongan satu angkatannya. Lambaian tangan keduanya mengiringi langkah Zahra yang kian menjauh. Namun hati mereka tidak, Zahra tetap menjadi penguasa cinta dihati keduanya, meski tidak jarang anak perempuan satu-satunya itu membuat hati was-was karena kecerobohannya.
“ya Ampun Ra, rempong amat sih bawaan kamu” celetuk salah seorang gadis anggun disampingnya.
“hehehehe persiapan tempur” Zahra nyengir kuda mengetahui betapa repotnya dia.
Bu Habsah selaku guru pembimbing SM3T, memberi berpatah-patah arahan yang akan dijalankan ketika sudah sampai tujuan. Agar mahasiswanya tidak seperti ayam yang baru dikeluarkan dari kandang, berpencar-pencar tidak tahu harus ngapain. Zahra menyimak dengan seksama, karena ia sadar. Ia harus memulai semuanya sendiri. Tidak ada lagi rengekan dengan sebutan kata “Ma....” didepannya. Ia juga harus ekstra jaga diri, meski kondisi fisik Zahra tidak tergolong rendahan. Ada hal lain yang harus ia pertahankan. Lebih vital dibanding organ dalamnya. Itu adalah Keimanan.
“Hai Ra... aku duduk disini ya?” belum juga Zahra meng-ia kan wanita berambut panjang sebahu itu sudah meletakkan jaketnya tepat dikursi samping Zahra, Maria adalah teman sekelas Zahra, wajahnya manis dengan rambut lurus yang tergerai indah dimainkan angin. Tutur katanya yang lemah lembut menambah kesempurnaan selayaknya wanita. Namun, meski begitu Zahra tidak terlalu dekat dengannya, ada pembatas diantara mereka. Benang merah religius mengantarkan keduanya untuk kembali keagama masing-masing. Maria adalah wanita yang berkeyakinan kuat, wanita religius namun dengan sudut pandang yang bertolak belakang dengan Zahra, Maria penganut Agama Kristen taat. Terlihat dari caranya berdo’a sebelum belajar dan makan.
Usai meletakkan barang-barang, Maria segera duduk disisi Zahra. Berdo’a dengan khidmad. Zahra masih menunggu. “Zahra... aku takut” Zahra dapat merasakan ketakutan Maria dengan genggamannya yang begitu erat mencengkram pergelangan tangan Zahra. “enggak papa yang penting kita kan udah berdo’a, urusan takdir kita selamat atau enggak itu urusan Allah” Zahra mengingat petuah yang pernah diberikan oleh salah satu guru ngajinya semasa Ibtidaiyah. “ jadi kau enggak takut kalau kita mati?” katanya sejurus kemudian, wajahnya mulai menyiratkan ketidak yakinan “insyaAllah enggak, kan niat kita mau berjuang dijalan Allah, memberi sesuatu yang bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang kekurangan ilmu pengetahuan. Allah udah janjiin barang siapa yang berjuang dijalan Allah, ketika ia mati, maka ia mati syahid. Nah orang yang mati syahid itu, dijamin masuk Syurga. Jadi, nagapain takut.” Kali ini, bukan perkataan guru manapun yang ia dengar, tapi dari seseorang reporter yang akan dikirim ke Palestina untuk mencari berita.
Maria melepaskan cengkramannya, melampiaskannya pada jaket dipelukannya. “udah... jangan takut, insyaAllah selamat” senyumnya menggulum menciptakan lesung pipi yang teramat manis.
Zahra merogo isi tas kecil yang duduk manis dipangkuannya. Headset masih mencolok di Android bermotiv hello kitty kesukaannya. Menggeser-geser foto koleksi di gallery, tidak banyak foto yang iya punya, beberapa screenshot dari instagram dan foto-foto kenangan yang ia unggah dari akun facebooknya. Foto-foto itu seakan merangkai cerita dari masa kemasa, awal mula menoreh tinta bertuliskan cinta. Menjejal asam manis masa  remaja dengan pola tingkah beraneka rupa. Diamati jajaran anak sekolah berjas hitam dengan seorang guru ditengah-tengahnya. Membanding-bandingkan dengan wajah mereka sekarang yang hampir tua. Ah, terlalu sadis jika dibilang tua. Namun ada satu senyum yang menarik perhatian sedari tadi, seperti ingin diperhatikan secara intens. Garis-garis wajahnya mendeskripsikan tentang kepribadian yang kuat dan bersahaja tatapannya tajam tepat mengenai sasaran. Bibir tipisnya melengkung, menegaskan bahwa ia sedang bahagia. senyum Zahra merekah dengan sendirinya. Malu karena mendapati diri tersenyum pada benda mati ditangannya itu. 

Bersambung..


 

maaf yaaaahhhh baru bisa update lagiiii ^^
efek yang nulis amatiran kali yak.... :D

PART 2 nya singkat banget kaaannn... 
sekali lagi maafkeun yak nyihihihihi ^^ *ketawak apaan sih ga jelas banget. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar